Monkeypox
atau cacar monyet adalah penyakit zoonosis, yakni penyakit yang dapat ditularkan dari hewan
ke manusia, namun penyakit ini juga dapat menyebar dari
manusia ke manusia. Istilah "cacar monyet" dikenal sejak tahun 1958 setelah
kasus pertama didokumentasikan pada monyet yang digunakan untuk penelitian di
Kopenhagen, Denmark. Pada tahun 1970, kasus pertama monkeypox pada manusia
diidentifikasi pada seorang anak laki-laki berusia sembilan bulan di Republik
Demokratik Kongo. Di Indonesia, kasus monkeypox pertama kali terkonfirmasi pada
tahun 2022.
Penyebab penyakit Monkeypox adalah virus
Monkeypox (MPXV) yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus,
dalam famili Poxviridae. Famili
merupakan virus dengan DNA ganda rantai ganda yang menginfeksi sejumlah spesies
hewan termasuk burung, reptil, serangga dan mamalia. Monkeypox dapat menular ke
manusia melalui kontak fisik dengan hewan terinfeksi. Biasanya adalah hewan
pengerat dan primata (Budiyarto, 2023).
Gambar 1. Beberapa Gambaran Virus Monkeypox
(Sumber: Budiyarto, 2023)
Cacar monyet (monkeypox) memiliki manifestasi klinis seperti bentuk cacar biasa,
termasuk gejala flu, demam, malaise, sakit punggung, sakit kepala, dan
karakteristik ruam. Gejala seperti itu di daerah endemik cacar monyet (monkeypox) harus ditangani dengan
hati-hati (Husna & Wicaksono, 2020). Penularan cacar monyet (monkeypox) kepada manusia dapat terjadi
melalui kontak langsung cairan tubuh seperti darah dan lesi kulit atau mukosa
hewan yang terinfeksi, mengonsumsi daging hewan terinfeksi yang tidak dimasak
dengan benar. Lesi kulit atau mukosa hewan yang terinfeksi kemungkinan
merupakan sumber penularan kepada manusia, terutama ketika kulit manusia rusak
akibat gigitan, goresan, atau trauma lainnya dan melalui saluran pernapasan
atau selaput lendir, seperti mulut, mata, atau hidung. Penularan sekunder dari
manusia juga dapat terjadi melalui plasenta atau disebut monkeypox bawaan (Peterson
et al., 2018).
Monkeypox dan cacar biasa (smallpox) memiliki perbedaan utama dalam penyebab, penyebaran, dan tingkat keparahan. Monkeypox disebabkan oleh “Monkeypox virus”, sementara cacar biasa disebabkan oleh “Variola virus”. meskipun keduanya berasal dari keluarga Orthopoxvirus. Perbedaan yang paling mencolok adalah cara penyebarannya; monkeypox umumnya menular melalui kontak langsung dengan hewan atau manusia yang terinfeksi, serta melalui bahan biologis, sedangkan cacar biasa lebih mudah menyebar melalui udara dan droplet. Selain itu, monkeypox memiliki tingkat kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan cacar biasa yang sangat mematikan. Cacar biasa juga telah diberantas secara global pada tahun 1980 berkat program vaksinasi, sementara monkeypox masih ada, meskipun vaksin cacar memberikan perlindungan silang terhadap penyakit ini. Monkeypox juga ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening, yang tidak ditemukan pada cacar biasa, menjadikannya salah satu pembeda utama dalam diagnosis.
Monkeypox dapat dicegah melalui
beberapa cara, diantaranya; lindungi diri anda dengan membatasi kontak dengan
suspek atau sudah terkonfirmasi monkeypox atau dengan hewan yang berisiko
menularkan, Bersihkan dan disinfeksi lingkungan yang bisa saja terkontaminasi
secara teratur, Mengolah semua makanan berbahan daging dengan baik, Kenakan
alat pelindung diri ketika merawat anggota keluarga yang terkena penyakit
monkeypox.
Vaksinasi Monkeypox, Vaksin yang sebelumnya digunakan untuk penyakit smallpox, yaitu Vaksin Jynneos diperuntukkan sebagai pencegahan aktif infeksi monkey pox (Mpox; Cacar Monyet) dan Smallpox (Cacar Variola). telah dilakukan pengembangan dan penelitian sehingga dapat digunakan untuk pencegahan monkeypox, namun ketersediaan global masih terbatas. Beberapa negara merekomendasikan vaksinasi untuk orang yang berisiko. Hanya orang yang berisiko (misalnya seseorang yang pernah kontak dekat dengan penderita monkeypox) yang harus dipertimbangkan untuk divaksinasi.
Peningkatan penyakit ini berkorelasi
dengan kurangnya vaksinasi dengan vaccinia dan isu-isu spesifik seperti
meluasnya perambahan manusia ke habitat hewan, perubahan iklim, dan konflik
geopolitik. Hal yang mendasari meningkatnya kasus cacar monyet tidak lepas dari
faktor kesenjangan sosial ekonomi yang melanda negara di bagian endemik (Suarayasa et al., 2023). Belum ditemukan alasan spesifik terjadinya penyebaran
penularan penyakit monkeypox di
daerah endemik dan non-endemik, akan tetapi hingga saat ini sebagian besar
penularan terjadi melalui manusia ke manusia setelah melakukan perjalanan ke
negara-negara Afrika dan Amerika Serikat. Negara-negara Afrika lainnya di mana
kasus cacar monyet telah dianggap endemik di wilayah itu selama empat dekade, termasuk Pantai Gading, Liberia, Sierra Leone, Nigeria,
Gabon, Republik Afrika Tengah, Kamerun (Koenig et al., 2022).
Wabah Monkeypox pada tahun 2022 membawa dampak sosial yang signifikan, mencakup gangguan kesehatan dan dampak ekonomi. Layanan kesehatan terganggu karena peningkatan pasien Monkeypox, sementara isolasi yang diterapkan pada pasien menimbulkan dampak psikologis seperti kecemasan dan depresi. Pada tingkat masyarakat luas, karantina dan pembatasan sosial berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental yang lebih luas. Dari sisi ekonomi, produktivitas menurun karena banyak pekerja yang harus mengisolasi diri, sementara pembatasan perjalanan mengganggu industri pariwisata. Di samping itu, peningkatan pengeluaran medis semakin membebani sistem kesehatan. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang Monkeypox pada awalnya memperparah situasi, kampanye kesehatan dan peran media membantu meningkatkan pemahaman, meskipun terkadang menimbulkan ketakutan yang berlebihan. Wabah ini menunjukkan bahwa dampaknya tidak hanya pada kesehatan fisik, tetapi juga meluas ke aspek sosial, ekonomi, dan psikologis, sehingga memerlukan penanganan yang menyeluruh untuk mengurangi dampak negatifnya (Heidy, 2022).
Sejak awal Mei 2022, lebih dari 3000 infeksi virus cacar monyet telah dilaporkan di lebih dari 50 negara dari 5 benua mendorong World Health Organization (WHO) menyatakan cacar monyet sebagai keadaan darurat kesehatan global (Thornhill et al., 2022). Sebagian besar wabah (90 persen) terjadi di Eropa dan Amerika. Monkeypox telah menyerang sekitar 21 negara di Eropa. Negara besar yang tertular termasuk Inggris, Spanyol, Portugal, Jerman, Perancis, Denmark, Belgia, Belanda, dan Italia. Negara lain yang juga memiliki kasus antara lain Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Brasil, Venezuela, Kolombia, dan Argentina. Negara lain di Asia yang memiliki kasus monkeypox, termasuk China, Jepang, Korea Selatan, India, Sri Lanka, Arab Saudi, Turki, Iran, Mesir, Thailand, Filipina, Indonesia, dan Myanmar. Kasus pertama cacar monyet pertama kali muncul di kota besar DKI Jakarta, Indonesia dilaporkan pada tanggal 20 Agustus 2022 (Wijaya, 2022).
Penulis : Nabila Nailiyah Isna (KPP X), Suci Dwi Utami (KPP X), Wulan Putri Dina Lestari (KPP X), Zhafira Aulia (KPP X), Zoya Lavenza (KPP X), Nur Mala Azizah (KPP XI), Siti Fatimah (KPP XI)
Referensi
Budiyarto,
L., Sabila, A., & Putri, H. (2023). Infeksi Cacar Monyet (Monkeypox). Jurnal Medika Hutama, 04(2), 3227.
Husna, F.,
& Wicaksono, I. A. (2020). Informasi tentang penyakit infeksi cacar monyet (Monkeypox)
yang menyerang manusia. Jurnal Farmaka,
18(1).
Heidy, G. P.
(2022). MonkeyPox Disease: Wabah Multi Nasional. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 5 (1) : 31-32.
Peterson. (2018).
Monkeypox−Enhancing Public Health Preparedness for an Emerging Lethal Human Zoonotic Epidemic Threat in the Wake of the Smallpox Post-Eradication Era. International Journal of Infectious Diseases, 78 : 78 – 84.
Suarayasa. (2023). Mekanisme Penyebaran
Cacar Monyet dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Masyarakat, 2(1): 28-34.
Thornhill, J. P. (2022). Monkeypox Virus
Infection in Humans across 16 Countries - April-June 2022. The New England Journal
of Medicine, 387 (8): 679-691.
Wijaya, L. D. (2022). Indonesia's First
Monkeypox Patient Visited Western Europe in Early August. Tempo.co
Koenig, K. L. (2022). Monkeypox 2022
Identify-Isolate-Inform: A 3I Tool for frontline clinicians for a zoonosis with escalating human community transmission. One Health, 15, 100410.
0 Comments
Posting Komentar