Gambar 1. Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) kiri, dan orangutan Sumatera (Pongo abelii) kanan

(sumber : https://jurnalbumi.com)

        Orangutan adalah satwa endemik Indonesia dengan karakteristik khas yang membedakannya dari primata besar lainnya. Secara fisik, orangutan memiliki postur yang mirip manusia dengan tinggi rata-rata sekitar 140 cm, lengan yang lebih panjang daripada kakinya, serta tidak memiliki ekor. Secara genetik, orangutan memiliki kemiripan DNA dengan manusia sebesar 96,4%, dan tingkat kecerdasannya diperkirakan setara dengan anak berusia 5 tahun (Siwi & Tri, 2022). 

     Orangutan merupakan salah satu primata yang memiliki kecerdasan sangat tinggi, mereka memiliki kemampuan kognitif yang kompleks. Tingkat kecerdasan yang tinggi ini terlihat dari kemampuan mereka dalam menggunakan alat, memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan lingkungan. Kecerdasan orangutan tidak hanya terbatas pada kemampuan berpikir logis, tetapi juga mencakup kemampuan sosial, emosional, dan adaptasi terhadap lingkungan (Sembiring et al., 2017). 

        Dalam kehidupan sehari-hari, orangutan sering menggunakan alat sederhana untuk membantu aktivitasnya, seperti menggunakan ranting untuk mendapatkan madu, daun lebar sebagai perlindungan dari hujan dan sinar matahari, serta membangun sarang di dahan pohon sebelum malam tiba. Lengan panjangnya menunjukkan bahwa orangutan lebih mengandalkan kekuatan tangan daripada kaki untuk bergerak, yang dikenal dengan istilah brachiating, yaitu pergerakan alami orangutan saat berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya (Siwi & Tri, 2022). 

     Selain itu, orangutan memiliki kasih sayang kepada keluarganya, menurut Dr. Birute Mary Galdikas, orangutan memiliki budaya berupa cara hidup yang dipelajari dari anggota keluarganya secara turun temurun. Mereka memiliki ingatan yang baik, kemampuan untuk belajar melalui pengamatan, serta kemampuan sosial dan komunikasi yang kompleks. Orangutan menunjukkan empati dan perhatian terhadap anak-anak mereka, serta keterampilan pengasuhan yang cermat.  

    Orangutan hanya ada pada negara Malaysia dan Indonesia dengan populasi 10% di Malaysia dan 90% di Indonesia, terutama di Kalimantan dan Sumatera. Kedua spesies yaitu orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orangutan Sumatera (Pygmaeus abelii) mengembangkan otaknya yang besar, yang dimana ukuran otak orangutan Sumatera sedikit lebih besar dari pada orangutan Kalimantan. Perbedaan tercermin dalam kemampuan bawaan mereka dalam memecahkan masalah (Damarius, 2017). Secara umum, otak orangutan yang besar merupakan prasyarat yang baik untuk memiliki kemampuan kognitif umum (Burkart, 2017).

    Orangutan hidup di lingkungan dengan ketersediaan makanan yang berfluktuasi. Mereka memiliki spesialisasi dalam teknik pengolahan makanan yang kompleks pengetahuan ini diperoleh melalui pembelajaran sang induk yang merupakan contoh penting bagi orangutan. Oleh karena itu, seperti halnya manusia, orangutan dicirikan oleh keterampilan belajar sosial yang canggih (Schuppli et al., 2016). 

                            


Gambar 2. Rakus Orangutan 
(Sumber : Armas, 2024) 

  Orangutan dapat "berbicara" tentang masa lalu dalam bentuk memori dan perilaku, yang mencerminkan kecerdasan sosial dan emosional yang tinggi, serta keterampilan bertahan hidup yang luar biasa (Reis, 2018). Pada tahun ini penemuan tentang orangutan liar jantan Sumatera bernama Rakus yang teramati mengobati luka di wajahnya dengan menggunakan tanaman obat di hutan Suaq Belimbing, di Taman Nasional Gunung Leuser Aceh, merupakan contoh luar biasa dari kecerdasan dan perilaku adaptif orangutan. Hal ini menunjukkan bahwa orangutan khususnya orangutan Sumatera (Pongo abelii) memiliki pengetahuan tentang obat alami yang tumbuh di sekitar mereka dan mungkin telah mereka pelajari melalui pengalaman atau pengamatan terhadap alam (Priyatna et al., 2024).

   Orangutan yang memiliki interaksi awal dengan manusia menunjukkan gaya pemecahan masalah yang lebih berorientasi pada eksplorasi dan rasa ingin tahu. Faktor ini membuat mereka lebih terbuka terhadap pengalaman baru dan mengembangkan keterampilan kognitif yang lebih bervariasi dibandingkan dengan orangutan liar, yang cenderung menghindari hal baru (Laumer et al., 2019). 

     Dari beberapa poin di atas dapat menambah bukti tentang betapa kompleksnya kehidupan orangutan, bagaimana mereka tidak hanya cerdas dalam hal kognitif, tetapi juga memiliki keterampilan dalam hal pemanfaatan sumber daya alam untuk bertahan hidup. Hal inilah menunjukkan bahwa betapa pentingnya untuk melindungi orangutan dan habitatnya agar perilaku alami dan kemampuan adaptif mereka tetap dapat berkembang.

Penulis : Siti Padhilah (KPP angkatan XI), Nia Aprilia, (KPP angkatan XI), dan Filla Riska Kusnulqotimah (KPP angkatan XI)


Daftar Pustaka

Burkart. (2017). Orientation toward humans predicts cognitive performance in orang-utans. Scientific Reports, 7.

Damerius, L. A. (2017). What makes orangutans intelligent? The role of experience and learning in the development of problem-solving abilities in orangutans (Doctoral dissertation, University of Zurich).

Laumer, I. B., Auersperg, A. M., Bugnyar, T., & Call, J. (2019). Orangutans (Pongo abelii) make flexible decisions relative to reward quality and tool functionality in a multi-dimensional tool-use task. Journal PloS one, 14(2).

Bukti Priyatna, Aditya., & Nur, Mahardini. (2024). Orangutan Obati Sendiri Lukanya dengan Tanaman Herbal, Primata Cerdas. Diunduh pada 11 November 2024, https://www.kompas.com/tren/read/2024/05/03/153000965/orangutan-obati-sendiri lukanya-dengan-tanaman-herbal-bukti-primata-cerdas?page=all

Reis, Andriano. (2018). Orangutans Can Communicate About The Past Just Like Humans, New Research Finds. Diunduh pada 11 November 2024, https://theconversation.com/orangutans-can-communicate-about-the-past-just-like humans-new-research-finds-108288

Sembiring, J., Hanel, A., & Hadisiswoyo, P. (2017). Perilaku Individu Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Stasiun Karantina Orangutan Batumbelin Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara Sebelum Direintroduksi. Jurnal Jeumpa, 4 (2).

Siwi, K., & Tri, C. (2022). Perlindungan Konsumen di Masa Pandemi Covid-19 Sebagai Wujud Pemenuhan HAM. Jurist-Diction, 5(2).