1. Pengertian

Zoonosis adalah penyakit menular yang ditularkan secara alamiah dari hewan domestik ataupun hewan liar ke manusia (Irwan & Prasetya, 2020). Lebih dari 300 penyakit yang dialami oleh manusia berasal melalui penyebaran hewan. Dalam 20 tahun terakhir, dapat ditemukannya 75% penyakit baru yang disebabkan oleh perpindahan patogen yang bersifat zoonotik (Khairiyah, 2011). Contoh dari penyakit Zoonosis ini yaitu Ebola yang disebabkan oleh virus Zaire ebolavirus. Penyebaran virus ebola ini dapat ditemukan disebabkan virus yang ditemukan pada inangnya yang dapat berupa primata ataupun kelelawar. Pada spesies primata contohnya yaitu monyet Rhesus (Macaca mulatta), monyet cynomolgus (Macaca fascicularis), monyet hijau Afrika (AGM) (Chlorocebus aethiops), dan babon Hamadryas (Papio hamadryas) sedangkan pada spesies kelelawar yaitu Epomops franqueti dan Hypsignathus monstrosus. Penyebaran infeksi ini disebabkan oleh kontak terhadap hewan atau manusia yang telah terinfeksi virus serta disebabkan oleh kebiasaan warga Afrika untuk memakan satwa liar meningkatkan resiko penyebaran penyakit yang lebih besar (Houten, 2019).

Gambar 1. Pengidap penyakit Ebola (Adzani, 2015)

Dalam zoonosis terbagi menjadiemerging and re-emerging diseases”. ‘Emerging zoonoses’ merupakan penyakit zoonosis yang baru muncul, dapat terjadi dimana saja di dunia, dan dampaknya berpotensi menjadi begitu parah. Sedangkan ‘re-emerging zoonoses’ merupakan penyakit zoonosis yang sudah pernah muncul di masa-masa sebelumnya, akan tetapi menunjukkan tanda mulai meningkat kembali saat ini. Faktor-faktor yang dianggap berkontribusi terhadap kemunculan ‘emerging zoonoses’ diantaranya pertumbuhan populasi manusia, globalisasi perdagangan, intensifikasi pemeliharaan satwa liar, dan mikroba yang berkaitan dengan satwa liar memasuki produsen ternak yang intensif (Brown, 2004).

 2. Solusi

Satwa seperti halnya manusia, tidak terbebas dari penyakit. Ini berlaku bagi satwa piaraan kesayangan ataupun satwa liar yang hidup bebas di alam dan yang hidup dalam kandang, seperti di kebun binatang. Berbagai penyakit dapat ditemukan, dari yang patogen hanya terhadap satwa itu sendiri hingga yang dapat menular kepada manusia. Dalam dunia kedokteran dikenal istilah penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat menular dari satwa kepada manusia dan sebaliknya. Zoonosis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit (endoparasit atau ektoparasit), serta oleh jamur. Lebih dari 34 jenis penyakit menular yang dikategorikan zoonosis telah diidentifikasi oleh ahli penyakit hewan (Achmadi, 2006).

Salah satu penyebab munculnya zoonosis ialah mengkonsumsi satwa liar. Apabila kita melihat beberapa tahun kebelakang, telah terjadi pandemi yang diakibatkan oleh virus SARS Cov-2 yang menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai covid-19. Hubungan erat antara mengonsumsi satwa liar dan menyebabkan pandemi Covid-19 menyeruak. Sejumlah satwa liar juga berpeluang untuk menjadi inang bagi virus itu. Zoonosis atau penularan penyakit dari satwa ke manusia (juga sebaliknya) disinyalir berperan menjadi faktor utama munculnya Covid-19. Satwa liar yang dibawa dan dimanfaatkan oleh manusia untuk tujuan tertentu seperti halnya untuk diperjualbelikan di pasar-pasar hewan dan menjadi konsumsi perlu menjadi fokus mitigasi zoonosis (Septian, 2020).

Sugiono Saputra, Peneliti Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengimbau agar masyarakat mewaspadai wabah virus tersebut dan mencegahnya muncul kembali dengan mengurangi, bahkan menghindari interaksi atau kontak langsung dengan satwa liar. Karena itu dia menegaskan untuk tidak menangkap, menjual, memelihara bahkan mengonsumsi satwa liar guna mencegah timbulnya virus baru. Biarkan satwa liar berkembang di habitat alaminya. “Satwa liar memang ada yang dikonsumsi sebagai sumber makanan atau obat. Tetapi, risiko biologis dari pengolahan dan konsumsi hewan tersebut justru jauh lebih besar dan membahayakan, yaitu transfer virus (transmisi patogen),” ungkap Sugiono (Septian, 2020). 


Penulis
: Alyka Zahara (Angkatan VIII) dan Ade Nur (Angkatan IX)


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, A., S. (2006). Satwa yang menularkan penyakit : satwa seperti halnya manusia, tidak terbebas dari penyakit (2022, July 10). Retrieved from http://lipi.go.id/berita/satwa-yang-menularkan-penyakit-:-satwa-seperti-halnya-manusia-tidak-terbebas-dari-penyakit/1267.

Adzani, F. (2015). Virus Ebola kembali serang liberia (2022, July 16). Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/internasional/20150630175105-127-63390/virus-ebola-kembali-serang-liberia

Brown C. (2004). Emerging zoonoses and pathogens of public health ignificance – an overview. Rev. sci. tech. off. Int. Epiz., 23 (2), 435- 442.

Houten, F. J. (2019). Potensi Wabah Penyakit Virus Evola (EVD) di Indonesia & Upaya Penanganannya. Virus Ebola, 1–7.

Irwan, & Prasetya, E. (2020). Penanggulangan Penyakit Zoonosis Melalui Metode Oh-Smart. JPKM : Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat, 1(1), 14–23. https://doi.org/10.37905/.v1i1.7285

Khairiyah. (2011). Zoonosis dan Upaya Pencegahannya (Kasus Sumatera Utara). Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 30(3), 117–124.

Septian, R. (2020). Covid-19: Hubungan zoonosis, pasar hewan dan perdagangan satwa liar ilegal (2022, July 10). Retrieved from https://www.internationalanimalrescue.or.id/virus-corona-hubungan-zoonosis-pasar-hewan-dan-perdagangan-satwa-liar-ilegal/