Pengamatan Owa Bilau (Hylobates klossii) dan Lutung Jawa (Trachypithecus marmoratus) di  Pusat Primata Schumtzer, Ragunan 

Oleh: Hana Iffatalya (KPP 9) 

Owa Bilau (Hylobates klossii) (Dokumentasi: Hana Iffatalya, 2022) 

        Pengamatan pertama dilakukan dengan mengamati perilaku Owa Bilau (Hylobates  klossii) pada tanggal 22 Mei 2020 di Pusat Primata Schumtzer, Ragunan. Metode yang digunakan  adalah Focal Animal Sampling dimana kita mengamati suatu spesies di salah satu area/kandang yang berfokus pada satu individu saja dengan mengamati perilaku yang spesifik dalam rentang  interval waktu yang sudah ditentukan yaitu selama 30 menit dimulai dari jam 11:13 hingga 11:43 WIB. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Owa Bilau dalam kandang di Pusat Primata  Schumtzer memiliki kecenderungan diam beristirahat dengan cara menempel pada pinggir jaring  kandang, kemudian berpindah untuk duduk pada kayu yang terletak di bagian atas kandang, dan  selanjutnya setelah kurang lebih 20 menit individu ini menunjukkan perilaku istirahat dengan  katagori berbaring sambil menarik-narik daun disekitarnya, spesies ini juga terlihat menunjukkan  perilaku abnormal. Menurut Ardili & Masyud (2017) perilaku abnormal yaitu perilaku yang  menyimpang dari perilaku umumnya, seperti perilaku merawat diri berlebihan (overgrooming),  menggosok dan membenturkan kepala secara berulang kali ke segala arah (head bobing) dan  menyakiti diri sendiri (self injurious behavior). Pada pengamatan terlihat juga bahwa individu  tersebut melakukan urninasi. Biasanya pada pagi hari saat temperatur lingkungan cukup rendah,  owa cenderung menunjukkan aktivitas urinasi yang tinggi. Sebaliknya, pada siang dan sore hari.  suhu lingkungan cukup tinggi membuat aktivitas urinasi owa cenderung lebih sedikit atau rendah untuk meminimalisasi dehidrasi. Individu ini tidak dapat diamati jenis kelaminnya karena jauh dari  jangkauan. 

       Pada bacaan yang ditulis oleh Eko (2020) dinyatakan bahwa Owa Kloss (Hylobates  klossii), juga dikenal sebagai owa Mentawai atau bilou merupakan primata yang terancam punah  dalam keluarga owa, Hylobatidae. Dapat dikenali karena semuanya berwarna hitam, menyerupai  siamang dengan bulunya yang hitam, tetapi jauh lebih kecil dan tidak memiliki kantong  tenggorokan khas siamang. Owa Kloss mencapai ukuran 44 hingga 63 cm dan berat maksimal 6  kg. Seperti halnya semua owa, mereka memiliki lengan panjang dan tidak berekor. Nyanyian owa  Kloss betina dianggap yang paling indah dari semua lagu owa. Tidak seperti kebanyakan spesies  owa-owa lainnya (kecuali owa-owa jawa, Hylobates moloch), owa-owa Kloss jantan dan betina 

tidak berduet atau bernyanyi bersama. Sang Jantan biasanya bernyanyi pada jam sebelum matahari  terbit, sementara paduan suara alias nyanyian bersama yang semuanya betina dinyanyikan setelah  matahari terbit. 

Lutung Jawa (Trachypithecus marmoratus) (Dokumentasi: Hana Iffatalya, 2022) 

     Pengamatan kedua dilakukan pada spesies Lutung Jawa (Trachypithecus marmoratus) yang berkelamin betina karena dapat dilihat bahwa individu ini memiliki kelenjar mamae,  menunjukkan aktivitas menyusui, serta terlihat dari perawakan tubuh dan kelaminnya, pengamatan  ini dilakukan selama 12:07 hingga 12:37 WIB denga menggunakan metode Focal Animal  Sampling. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa individu Lutung Jawa ini memiliki  kecenderungan perilaku makan dan istirahat. Makanan yang dimakan melainkan dari jenis buah  dan sayur-sayuran seperti wortel, kacang panjang, dan jagung semi (Baby Corn). Ketika makan  individu ini juga mengeluarkan perilaku berebut. Ketika individu ini malakukan perilaku istirahat  dengan cara berbaring dan duduk, anaknya selalu mengganggu dan terlihat mencari perhatian  kepada ibunya untuk mengajak bermain, tidak lupa pada kegiatan bergerak dengan cara quadral  dan bipedal, individu ini selalu menggendong anaknya dan pergi ketempat yang lebih sunyi untuk  beristirahat. Saat istirahat individu ini juga menunjukkan perilaku menyusui. Sulistyadi (2013)  yang menyatakan bahwa lutung jantan dewasa memiliki proporsi makan yang lebih sedikit  dibandingkan betina dan anak-anak. Betina cenderung lebih banyak makan karena dipengaruhi  oleh perannya sebagai induk penjaga anak/bayi sehingga membutuhkan energi yang lebih untuk  mengasuh dan menyusui. 

     Lutung Jawa memiliki keunikan berupa perubahan warna saat beranjak dewasa dari  warna lahir yaitu oranye cerah menjadi hitam atau oranye gelap saat dewasa. Menurut Lova (2015) perubahan warna pada rambut lutung Jawa diduga akibat pengaruh berbagai gen  pigmentasi termasuk micropthalmia-associated transcription factor (MITF), adanya mutasi pada  MITF umumnya menyebabkan pigmentasi yang rendah pada individu yang diduga terjadi pada  lutung Jawa rambut oranye. Lutung Jawa mempunyai warna rambut yang berbeda pada beberapa  tingkatan umurnya. Warna rambutnya mengalami perubahan warna bersamaan dengan  pertambahan umurnya, terurama individu Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) tersebut berada  pada fase umur bayi hingga individu muda. Warna pada Lutung Jawa dewasa akan berubah warna menjadi lebih gelap dan sebagian jenis mempunyai berbagai tanda kekuning-kuningan atau putih  pada jambul kepala, bahu, atau lengan dan kaki.  

    Lutung Jawa sub-spesies Jawa bagian timur mempunyai pola perubahan yang berbeda  dengan Lutung Jawa sub-spesies jawa bagian barat. Pada Lutung Jawa subspesies bagian timur  juga dibedakan menjadi dua bentuk warna rambut yang berbeda berdasarkan kronologis perubahan  rambut pada Lutung Jawa yaitu individu dengan warna rambut matang hitam keputihan dan  individu dengan warna rambut matang oranye. Pada jantan dewasa mempunyai ukuran tubuh  relatif besar sedangkan pada betina dewasa memiliki ukuran tubuh lebih kecil atau hampir sama  dengan ukuran jantan dewasa. Pada lutung betina rambut bagian punggung lebih hitam dari pada  warna punggung lutung jantan (Nugraha, 2011). 


Referensi 

Ardili, M. W., & Masyud, B. (2015). Pemanfaatan Ruang dan Perilaku harian Kukang Sumatera (Nycticebus Coucang Boddaert, 1785) di Taman Hewan Pematang Siantar (THPS)  Sumatera Utara. 

Eko (2020). Siamang Kerdil, Owa Bilau, Hylobates klossi. [Diakses pada 31 Mei 2022]. https://www.planterandforester.com/2020/12/siamang-kerdil-owa-bilau-hylobates.ht

Lova, A. (2015). Identifikasi Warna Rambut Lutung Jawa (Trachypithecus Auratus Geoffroy  1812) Rambut Hitam Dan Rambut Oranye Berdasarkan Sekuen Gen Mitf (Micropthalmia-Associated Transcription Factor) (Doctoral dissertation, Universitas  Brawijaya). 

Nugraha, R. (2011). Aktivitas Harian Lutung Jawa (Trachypithecus auratus sondaicus) di  Kebun Binatang Tamansari Bandung. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sain dan  Teknologi Universitas Islam Negri Bandung

Sulistyadi, E., Kartono, A. P., & Maryanto, I. (2013). Pergerakan lutung jawa Trachypithecus  auratus (E. Geoffroy 1812) pada fragmen habitat terisolasi di Taman Wisata Alam  Gunung Pancar (TWAGP) Bogor. Berita Biologi, 12(3), 383-395. 


#Monitoring1 

#KPPTarsiusUINJakarta 

#SalamLestari 

#SalamKonservasi 

#SatwaLiarSahabatAlam