Gambar 1. Betina dewasa dan anak rekrekan 
(Sumber: nationalgeographic.grid.id)

Spesies primata dikenal memiliki kelimpahan yang sangat banyak. Masing-masing spesies primata memiliki keunikan masing-masing dan habitatnya yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk Indonesia. Primata endemik di Indonesia juga terbilang banyak, seperti orangutan sumatera, orangutan tapanuli, dan surili. Berbicara mengenai surili yang dikenal sebagai primata yang mendiami Gunung Ciremai ini ternyata memiliki “saudara” dengan perawakan yang serupa. Primata ini biasa dikenal dengan nama rekrekan atau Presbytis fredericae.

Masih ada perdebatan di antara para peneliti mengenai keberadaan rekrekan yang mirip dengan surili. Taksonomi dari rekrekan ini masih belum disahkan secara resmi dan masih digolongkan sebagai sinonim dari surili. Meskipun demikian, keberadaan rekrekan tetap harus diperhatikan dan menjadi fokus perihal konservasinya yang masih belum maksimal. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai rekrekan dan upaya yang bisa dilakukan untuk perlindungannya, ada baiknya kita mengenal lebih dekat tentang spesies primata ini dari berbagai sumber yang terpercaya.

Rekrekan (Presbytis fredericae) merupakan primata (monyet) berukuran antara 42-61 cm dengan ekor lebih panjang dari kepala dan badannya, rambut yang menutupi tubuh cukup panjang dan tebal, serta di bagian kepala membentuk jambul berujung runcing (Napier dan Napier, 1967). Spesies primata ini memiliki ciri khas berupa warna rambut kelabu kecokelatan dengan variasi putih keabuan pada bagian tubuh dalam (ventral) mulai dagu hingga ekor (Supriatna dan Hendras, 2000). Rekrekan biasanya hidup berkelompok atau bergerombol (Sukarsono, 2000). Jumlah individu dalam satu kelompok 3-11 individu yang terdiri atas satu jantan dan beberapa betina serta anakan (Fitria, 2012).

Rekrekan termasuk dalam “Old World Brachiating Type” artinya satwa bergerak dengan menggunakan keempat anggota badan untuk berjalan (quadrapedal). Rekrekan menghabiskan mayoritas hidupnya pada pohon-pohon besar dan aktif pada siang hari atau diurnal (Supriatna dan Hendras, 2000). Spesies ini dikategorikan sebagai jenis omnivora opportunis dalam segi jenis pakannya. Rekrekan memilih makanan dari tumbuh-tumbuhan muda yang segar (daun, pucuk, bunga, dan buah). Salah satu tanaman favorit yang menjadi pakan rekrekan adalah Schima wallachii (puspa-nama lokal) (Agustin, 2007).

Rekrekan (Presbytis fredericae) merupakan spesies endemik di Jawa Tengah, terutama di Gunung Slamet. Salah satu bagian wilayahnya berada di lereng bagian selatan Gunung Slamet yang memiliki curah hujan yang tinggi dan memiliki ketinggiam 2230 mdpl. Hal ini menyebabkan ekosistem lereng tersebut lebih hijau dan regenarasi pohon terjadi terus-menerus. Dampak baik ini menyebabkan ketersediaan pakan daun muda terus tersedia sehingga rekrekan banyak ditemui di wilayah tersebut. Ada 4 lokasi spesifik rekrekan yang ada di Gunung Slamet, yaitu Curug Cipendog, Curug Gomblang, Gunung Malang, dan Gunung Tukung.

Gambar 2. Persebaran rekrekan di Gunung Slamet 
(Sumber: Seiawan et al., 2010)

            Status konservasi rekerkan saat ini adalah Endangered. Status ini sama dengan surili (Presbytis comate) karena kedua spesies primata tersebut masih didebatkan perihal kesamaan atau perbedaannya. Oleh karena itu, dalam beberapa literatur menuliskan bahwa rekrekan ini memiliki status Data Deficient (DD) atau belum cukup informasi untuk dilakukan penilaian mengenai risiko kepunahannya. Namun, hal ini tetap harus diwaspadai karena keberadaan rekrekan terancam di habitat aslinya, terutama di Gunung Slamet. 

            Ancaman bagi rekrekan di Gunung Slamet adalah terjadinya perburuan. Hasil berburu rekrekan ini biasanya untuk diperjualbelikan dengan cara tersembunyi. Selain perburuan, habitat rerekan juga terancam karena adanya penebangan illegal. Tidak heran jika banyak rekrekan yang sering berada di wilayah pemukiman untuk mencuri singkong, buah, dan sayur karena makanan mereka di hutan sudah terbabat habis oleh para penebang illegal.

            Berdasarkan ancaman yang dialami oleh rekrekan, perlu adanya perlindungan yang jelas dari pemerintah untuk konservasi primata ini. Adanya sanksi yang jelas bagi para pemburu dan semua yang terlibat dalam perusakan habitat juga patut dilaksanakan dalam memberikan efek jera bagi para pelaku. Hal tersebut dilakukan agar rekrekan dapat hidup dengan aman di habitat aslinya dan berkembang biak sehingga tetap melanjutkan keturunannya.

            Ulasan singkat mengenai rekrekan tersbeut diharapkan mampu menjadi pengetahuan baru kita dalam mengenal spesies primats endemil di Indonesia. Urgensi dari rekrekan adalah mengenai perlindungannya yang masih harus diperhatikan agar tidal terancam. Sebagai generasi muda dan juga seorang biolog perlu, tugas kita adalah mempelajari lebih lanjut mengenai spesies ini dan merencanakan upaya konservasi terhadap rekrekan. Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak untuk menyelamatkan primata endemik Jawa Tengah ini agar tetap lestari.

 

Penulis: Annisah Nurrahmatillah (Angkatan VIII) dan Salsabila Ratna W (Angkatan IX)

 

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, A. (2012). Penggunaan habitat oleh rekrekan (Presbytis fredericae) di lereng Gunung Slamet Jawa Tengah. (Disertasi). Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Hidayat, S., Budiastuti, S., Setyono, P.. (2016). Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu sebagai upaya konservasi rekrekan (Presbytis fredericae). Jurnal Ekosains, 2(2), 57-68.

Napier, J. R. & P. H. Napier. (1967). A handbook of living primates. London: Academic Press.

Setiawan, A., Djuwantoko, A. W. Bintari, Y. W. C., Kusuma, S. Pudyatmoko, & M. A. Imron. (2007). Populasi dan distribusi rekrekan (Presbytis fredericae) di lereng selatan Gunung Slamet Jawa Tengah. Jurnal Biodiversitas, 8(4), 305-308.

Setiawan, A., Yohannes W., Tejo S. N., Ika Y. A., & Mohamad A. I.. (2010). Javan surili: a survey population and distribution in Mt. Slamet Central Java, Indonesia. Jurnal Primatologi Indonesia, 7(2), 51-54.

Supriatna, J., dan Edy Hendras W. (2000). Panduan lapangan primata Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. J