Haloo, sobat Tarsier! Siapa nih yang pernah terluka karena terjatuh? Pastinya perih dan sakit kan. Nah, saat kita terluka kita harus mengobatinya agar tidak terjadi infeksi. Lalu, apakah satwa liar primata melakukan hal yang sama seperti manusia? Oke, yukk mari kita bahas!

Primata memiliki DNA yang mirip atau berkerabat dekat dengan manusia. Selain itu, perilaku primata juga mirip dengan manusia. Nah, salah satu perilakunya adalah ketika primata dapat mengobati atau menyembuhkan dirinya saat terluka. Contoh perilaku tersebut dilakukan oleh primata endemik di Indonesia lhoo, yaitu orang utan.

       Gambar 1. Orang utan Rakus terluka di bagian pipi

(Sumber: Laumer et al., 2024)

Orang utan sumatra (Pongo abelii) jantan yang bernama “Rakus” terluka di bagian wajahnya. Menurut penelitian yang dilakukan tim peneliti di Taman Nasional Gunung Leuser, Rakus mendapati luka di bagian pipinya pada bulan Juni 2022. Penyebab adanya luka tersebut tidak diketahui, tapi biasanya dapat disebabkan adanya perkelahian antar orang utan jantan saingannya. 

Gambar 2. Proses penyembuhan luka orang utan Rakus

(Sumber: Laumer et al., 2024)

Nah, pada saat pengamatan tim peneliti melihat Rakus mengunyah tanpa menelan batang dan daun tanaman akar kuning (Fibraurea tinctoria) lalu mengoleskan sari tanaman tersebut dari mulut ke lukanya menggunakan jari. Alih-alih sari tanaman tersebut dijadikan salep, membuat kondisi lukanya makin membaik tiap hari dan tidak terjadi infeksi. Dalam mengobati luka, akar kuning ini dapat memberikan efek analgesik atau menyebabkan pelepasan rasa sakit. Akar kuning memiliki sifat antibakteri, antiinflamasi, antijamur, aktivitas biologis antioksidan, dan anti karsinogenik (Su et al., 2008).

Nah, selain itu akar kuning ternyata juga dimanfaatkan oleh masyarakat lokal lho. Menurut UNESCO, tumbuhan ini digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi gangguan saluran pencernaan, sakit kuning, cacingan, diare, dan untuk membersihkan luka. Masyarakat suku Dayak, Banjar, maupun Kutai menggunakannya sebagai bahan baku obat tradisional secara turun-temurun (Ahmad et al., 2015) untuk mengobati gangguan fungsi hati karena mengandung senyawa aktif alkaloid (Hidayat et al, 2016).

Gimana nih sobat Tarsier sangat menarik, bukan? Selain terluka, ternyata ada juga lho orang utan yang meredakan nyeri ototnya dengan memanfaatkan tumbuhan. Wahhh, siapakah dia?

Gambar 2. Orang utan Kalimantan menggunakan tanaman obat

(Sumber: Paino, 2024)

Mari kita kenalan dengan orang utan kalimantan betina (Pongo pygmaeus) yang bernama “Indy”. Menurut penelitian yang dilakukan di Hutan Sebangau, Indy teramati mengunyah tanpa menelan daun suji hutan (Draceana cantleyi). Daun tersebut dikunyah sampai mengeluarkan busa berwarna putih, lalu dioleskan ke lengan kiri atas dan ampas daun dibuang. Tim peneliti menduga hal tersebut dilakukan untuk meredakan nyeri otot dan persendian akibat menggendong bayinya. Wahhh, keren ternyata daun tersebut bermanfaat, seperti penggunaan balsem yahhh!

Gambar 3. Daun Suji Hutan

(Sumber: Partomihardjo et al., 2020)

        Eitss, menariknya lagi nih daun suji hutan juga dimanfaatkan juga oleh masyarakat adat lokal di Kalimantan lho.  Mereka memanfaatkannya untuk mengobati rasa sakit di lengan setelah stroke, nyeri otot, pembengkakan, luka lebam, dan nyeri.  Analisis biologis yang dilakukan Bernard et al. (2017), menunjukkan bahwa senyawa dalam daun suji hutan dapat menghambat produksi sitokin inflamasi sehingga memiliki sifat sebagai agen antiinflamasi karena mampu mengurangi respons inflamasi dalam tubuh.

Wahhh, ternyata kedua tanaman tersebut memiliki kandungan yang bermanfaat bagi kita juga, ya sobat Tarsier! Dari sobat Tarsier ada gak sih yang ingin mencoba menggunakan tanaman tersebut sebagai obat? Atau apakah kalian pernah juga mengobati luka menggunakan tumbuhan? Tapi, ingat ya gunakan sesuai kebutuhan dan tentunya jangan asal-asalan.

Oke dari ilustrasi di atas dapat kita simpulkan keberadaan tumbuhan sangat berperan untuk kelangsungan hidup orang utan, satwa liar lainnya, dan juga kita manusia. Hutan perlu keberadaan orang utan untuk keberlangsungan siklus hidupnya karena orang utan merupakan penyebar biji-bijian pohon yang dapat membantu regenerasi hutan. Jika populasi dari orang utan menurun maka akan berdampak buruk untuk keberlangsungan hidup hutan. Contohnya, akan terjadi pengurangan cadangan karbon di hutan. Sebaliknya, hutan sangat penting dalam keberlangsungan hidup orang utan, yaitu sebagai habitatnya. Jika deforestasi hutan terus meningkat, akan terjadi kepunahan bagi populasi orang utan. Jika terjadi kepunahan populasi orang utan akan mencerminkan hilangnya spesies tanaman yang ada pada hutan.  Waduh serem juga ya, semoga dari narasi ini kita jadi tergerak nih untuk selalu menjadi garda terdepan dalam menjaga hutan dan orang utan.

 

#JagaHutanJagaOrangutan

#SatwaLiarSahabatAlam

 

Penulis: Nur Azzizah Firdaus (KPP angkatan X), Ira Permatasari (KPP angkatan X), Fhelia Rahmawaty (KPP angkatan XI), Nabila Novia Rahmadani (KPP angkatan XI), dan Kamila Zahra Raihanna (KPP angkatan XI).


Referensi:

Ahmad, T., Gilani, A. U.., Abdollahi, M., Daglia, M., Nabavi, S. F., & Nabavi, S. M. (2015). Berberine and neurodegeneration: a review of literature. Pharmacological Reports, 67(5), 970-979.

Hidayat, S., Cahyaningsih, R., Fijridiyanto, I. A., Karyantara, I. D. & Safarinanugraha, D. (2016). Jalur wisata tumbuhan obat di Kebun Raya Bogor. Bogor: LIPI Press.

Laumer, I. B., Rahman, A., Rahmaeti, T., Azhari, U., Hermansyah, Atmoko, S. S. U., & Schuppli, C. (2024). Active self-treatment of a facial wound with a biologically active plant by a male Sumatran orangutan. Scientific Reports, 14(1), 8932.

Morrogh-Bernard, H. C., Foitová, I., Yeen, Z., Wilkin, P., De Martin, R., Rárová, L., ... & Olšanský, M. (2017). Self-medication by orang-utans (Pongo pygmaeus) using bioactive properties of Dracaena cantleyi. Scientific Reports, 7(1), 16653.

Partomihardjo, T., Hermawan, E., & Pradana, E. W. (2020). Tumbuhan hutan rawa gambut Merang Kepayang.

Piano, C. (2024). Riset: Orangutan Sembuhkan Luka dengan Ekstrak Daun Ini. https://www.mongabay.co.id/2024/02/10/riset-orangutan-sembuhkan-luka-dengan-ekstrak-daun-ini/ diakses pada tanggal 6 Juni 2024 pukul 22.38

Su, C. R., Chen, Y. F., Liou, M. J., Tsai, H. Y., Chang, W. S., & Wu, T. S. (2008). Anti-inflammatory activities of furanoditerpenoids and other constituents from Fibraurea tinctoria. Bioorganic & medicinal chemistry, 16(21), 9603-9609.