Monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan salah satu spesies primata
yang sering ditemukan beradaptasi dengan lingkungan perkotaan dan sekitarnya.
Monyet ekor panjang adalah primata yang tersebar luas di berbagai habitat yang
didukung dengan toleransi yang tinggi terhadap makanan. Primata ini merupakan
hewan opportunistic omnivor, yaitu hewan yang dapat memakan berbagai
jenis makanan, seperti buah-buahan, dedaunan, serangga, hingga makanan umum
yang dimakan manusia, sehingga mampu bertahan di sekitar pemukiman penduduk
(Oriza, et al., 2019). Monyet ekor panjang merupakan hewan diurnal yang aktif
mencari makan pada pagi hingga siang hari.
Pengamatan dilakukan pada tanggal 25 Mei 2024 di Daerah Perumahan Dinas Puspiptek BRIN Serpong. Alat dan bahan yang digunakan adalah binokuler, penggaris, handphone, aplikasi PlantNet, tabulasi data, dan alat tulis. Pengambilan data dilakukan pada pukul 13.00 - 14.00 WIB, dengan dua lokasi titik pengamatan yaitu pada area pinggir jalan raya (kawasan luar) dan area lapangan (kawasan dalam). Pengamatan jenis tanaman pakan dilakukan dengan metode observasi langsung, data yang dikumpulkan berupa jenis tanaman yang dimakan dan bagian yang dimakan oleh monyet ekor panjang. Kemudian dilakukan identifikasi secara langsung di lokasi pengamatan, dan hasil identifikasi dicatat dalam tabulasi data.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jenis Tanaman Pakan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Pada Kedua Titik Pengamatan
No |
Jenis Tanaman Pakan |
Nama Latin |
Famili |
Bagian Yang Dimakan |
1 |
Kelapa Sawit |
Elaeis guineensis |
Arecaceae |
Daun muda dan Buah |
2 |
Bambu Sembilang |
Dendrocalamus giganteus |
Poaceae |
Daun muda |
Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa jenis tanaman pakan yang dikonsumsi
oleh monyet ekor panjang yang berada di Daerah Perumahan Dinas Puspiptek BRIN
Serpong adalah kelapa sawit (Elaeis guineensis) dan bambu sembilang (Dendrocalamus
giganteus). Kedua pohon tersebut cukup mendominasi titik pengamatan dengan
dominasi pakan berupa buah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis) dan
pucuk daun muda pohon bambu sembilang (Dendrocalamus giganteus). Pohon
kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan salah satu tumbuhan
yang menjadi pakan monyet ekor panjang, bagian kelapa sawit yang dimakan
didominasi pada bagian buah. Buah kelapa sawit termasuk jenis buah drupa,
memiliki warna kuning kehitaman, berbentuk lonjong, menempel dan bergerombol
pada tandan buah. Pada lapisan mesocarp kelapa sawit memiliki daging buah yang
berserabut dan mengandung lemak yang tinggi (Ritonga, et al., 2022).
Berdasarkan literatur lain juga menyatakan bahwa pada buah kelapa sawit
mengandung fosfolipid, glikolipid, dan lipid netral (Nuryanto, 2015). Hal ini
membuat monyet ekor panjang menyukai buah sawit sebagai pakannya dan bermanfaat
juga sebagai kebutuhan gizi dari MEP.
Bambu
sembilang (Dendrocalamus giganteus) adalah bambu raksasa dari suku
Poaceae. Dari Asia Tenggara, bambu dicirikan oleh kemampuannya untuk tumbuh
dengan cepat. Saat dewasa, dapat tumbuh tinggi hingga 30 meter dengan diameter
batang mencapai 25 cm (Wiartaka et al., 2018). Bambu sembilang memiliki waktu
panen 3-4 tahun, yang diklasifikasikan sebagai periode yang cepat (Nuri et al.,
2019). Tanaman tersebut juga tumbuh diberbagai jenis tanah dan terkenal karena
ketahanannya terhadap kondisi lingkungan tanah yang terdegradasi mereka
(Wiartaka et al., 2018).
Daun
muda bambu sembilang dapat dijadikan sumber pakan yang kaya nutrisi bagi monyet
ekor panjang. Hasil penelitian Nurvianto et al. dari tahun (2017) membuktikan
bahwa daun muda bambu sembilang mempunyai kandungan protein kasar sebanyak
13,87%, serat kasar 33,82%, dan kecernaan bahan kering 50,07%. Kandungan
nutrisi tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kesehatan monyet ekor
panjang. Selain itu, hasil penelitian lain oleh Rianti et al. pada tahun (2020)
juga menunjukan bahwa tekstur daun muda bambu sembilang lembut dan sangat
dicerna dalam sistem pencernaan monyet ekor panjang. Dengan memberikan daun
muda dari bambu sembilang, akan membantu menyeimbangkan kandungan nutrisi dalam
pakan monyet ekor panjang.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan pada titik pengamatan 1 yang berlokasi di
daerah lapangan (kawasan dalam), kondisi wilayah didominasi oleh tanaman
rerumputan, pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis), dan bambu sembilang
(Dendrocalamus giganteus). Selain itu, terdapat tanaman Petai Cina (Leucaena
leucocephala), Pohon kelapa (Cocos nucifera). Akan tetapi, kedua
tanaman tersebut pada saat pengamatan berlangsung tidak terlihat adanya
aktivitas makan, melainkan sebagai tempat untuk berpindah (moving) dan
aktivitas sosial (grooming). Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
pada titik pengamatan 1 memakan buah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis)
dan pucuk daun muda pohon bambu sembilang (Dendrocalamus giganteus).
Pada lokasi pengamatan tersebut, tidak terlihat adanya perilaku manusia yang
memberi makanan kepada monyet ekor panjang, sehingga mereka cenderung memakan
makanan berupa buah dan dedaunan. Hal tersebut disebabkan karena adanya
ketersediaan buah dan dedaunan. Monyet ekor panjang pada titik pengamatan 1
lebih banyak memakan pucuk daun muda daun bambu.
Adapun
kandungan nutrisi pada daun bambu, yaitu mengandung protein, serat, berbagai
mineral dan asam amino yang penting bagi tubuh (Kamilah, et al., 2022).
Monyet ekor panjang cenderung memilih memakan daun muda dikarenakan kadar
toksin yang terkandung dalam daun muda segar lebih sedikit dibandingkan daun
tua serta kandungan protein pada daun muda, dan mengandung sedikit serat, serta
kondisi lambung monyet ekor panjang yang lebih mudah mencerna serat pada daun
muda (Musfaidah et al., 2019). Pada umumnya komposisi jenis pakan pada primata
dipengaruhi oleh ketersediaan buah. Akan tetapi, apabila ketersediaan buah
rendah, maka komposisi pakan berupa daun-daunan akan lebih meningkat, serta
akan meningkatkan waktu istirahat dan mengurangi aktivitas bergerak dan bermain
(Kamilah, et al., 2022).
Pada lokasi titik pengamatan 2 di daerah pinggir jalan raya (kawasan luar) diperoleh 2 jenis tumbuhan yang didominasi kelapa sawit (Elaeis guineensis) dan bambu sembilang (Dendrocalamus giganteus) yang menjadi sebagai sumber pakan, berlindung dan aktivitas monyet ekor panjang. Tumbuhan yang dimakan monyet antara lain daun, bunga dan buah. Daun yang dimakan umumnya daun yang masih muda (pucuk) dan bunga yang sering dimakan adalah bunga yang sudah mekar dan kadang-kadang hanya dihisap sarinya. Monyet ekor panjang sering terlihat makan bagian tumbuhan lain seperti kulit kayu, ranting ataupun batang yang masih muda, serta menyukai jenis pohon yang tinggi besar, memiliki percabangan yang mendatar dan memiliki tajuk lebar untuk istirahat dan berlindung, seperti kelapa sawit (Elaeis guineensis) dan bambu sembilang (Dendrocalamus giganteus). Pemilihan lokasi tempat tidur yang berdekatan sumber pakan akan memudahkan monyet ekor panjang tidak perlu jauh-jauh mencari pakan. Serta faktor keamanan yaitu tempat berlindung dari ancaman dan serangan predator, disamping itu juga tidak kalah pentingnya adalah faktor kenyamanan saat monyet tidur (Yuliani et al., 2022).
Selain memakan makanan alami seperti memakan daun bambu muda dan buah kelapa sawit, monyet ekor panjang juga teramati memakan makanan non alami yang diberikan oleh pengguna jalan. Makanan non alami yang diberikan seperti gorengan, makanan ringan, dan lain-lain. Monyet ekor panjang mampu makan pakan non alami olahan disebabkan hewan tersebut memiliki toleransi pakan yang lebar, termasuk pakan olahan (seperti sate, siomay, dan roti) (Desy & Atmaja, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan jenis makanan yang dikonsumsi oleh monyet ekor panjang pada daerah tersebut. Perubahan jenis makanan ini disebabkan karena makanan yang diberikan oleh para pengguna jalan merupakan bahan makanan yang beraroma yang dapat dipegang dan digigit (Desy & Atmaja, 2018). Hal tersebut sejalan dengan sifat yang dimiliki oleh monyet ekor panjang, yaitu opportunistic omnivore yang berarti mengeksploitasi makanan yang tersedia di lingkungannya apabila ketersediaan pakan berkurang (Musfaidah et al., 2019). Peralihan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan, pertanian, atau bangunan menyebabkan berkurangnya sumber pakan monyet ekor panjang di habitat sehingga terpaksa untuk mencari sumber makanan di luar habitatnya (kawasan hutan) sehingga terjadinya konflik antara manusia dan monyet ekor panjang (Santoso et al., 2019).
Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa jenis tanaman pakan yang menjadi sumber makanan bagi monyet ekor panjang
(Macaca fascicularis) di Daerah Perumahan Dinas Puspiptek BRIN Serpong adalah kelapa sawit (Elaeis
guineensis) dan bambu sembilang (Dendrocalamus giganteus). Bagian
yang dimakan oleh monyet ekor panjang adala bagian daun muda pada bambu
sembilang dan bagian buah pada kelapa sawit. Namun selain dari kedua jenis
tanaman tersebut, monyet ekor panjang yang terdapat di area pinggir jalan
(kawasan luar) juga mendapatkan sumber pakan dari para pengguna jalan seperti
gorengan, makanan ringan, dan lain-lain.
Desy, R., Atmaja, T. H.
W. (2018). Makanan dan minuman yang dikonsumsi monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) di kawasan wisata ekosistem mangrove Kuala Langsa Provinsi
Aceh. Jurnal IPA & Pembelajaran IPA, 2(1), 36-40.
Kamilah, S. N., Jarulis,
& Sarti, Y. (2022). Jenis Tumbuhan Pakan Dan Tempat Beristirahat Macaca
fascicularis Di Kawasan Kebun Campuran. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan
Biologi dan Sains, 5(1). 107–114.
Musfaidah, R., Nugroho,
A.S. and Dzakiy, M.A. 2019. Karakteristik Vegetasi Pakan Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) Pada Daerah Jelajah Di Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati.
Seminar Nasional Edusaintek FMIPA UNIMUS, 382– 389.
Nuryanto, E. (2015).
Perkembangan Buah Kelapa Sawit dan Kandungan Serta Komposisi Kimianya. Warta
PPKS, 20(1), 33-40.
Oriza, O., Setyawati,
T.R., & Riyandi. (2019). Gangguan Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) Sekitar Pemukiman di Desa Tumuk Manggis dan Desa Tanjung
Mekar, Kecamatan Sambas, Kalimantan Barat. Jurnal Protobiont, 8(1),
27–31.
Ritonga, D. K., Ginoga,
L. N., & Hikmat, A. (2022). Food preference of long-tailed macaques (Macaca
fascicularis Raffles 1821) in IPB Dramaga Campus. Indonesian Journal of
Primatology, 1(01), 15-24.
Santoso, B., Febriani,
S.L. and Subiantoro, D. 2019. Pemetaan Konflik Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis Raffles) Di Desa Sepakung Kecamatan Banyubiru Kabupaten
Semarang. Indonesian Journal of Conservation, 8(2): 93–102.
Yuliani,
S., Bachri, M. S., Widyaningsih, W., Sofia, V., Muttaqien, D. A., Putri, G. R.,
... & Rahmita, I. D. (2022). Aktivitas Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma
longa L) pada Mencit Parkinson yang Diinduksi Haloperidol Activity of
Turmeric Rhizome Extract (Curcuma longa L) in Haloperidol-Induced
Parkinson’s Mice. Jurnal Sain Veteriner, 40(3).
0 Comments
Posting Komentar