(Sumber: https://gembiralokazoo.com/animals/lutung-jawa)

 

Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) merupakan salah satu jenis satwa primata yang terdapat di Pulau Jawa (Whitten et al. 1999). Lutung jawa yang dikenal juga dengan sebutan lutung budeng, merupakan salah satu jenis lutung asli (endemik) Indonesia, dengan 42 titik sebaran populasi di Pulau Jawa, dan sedikit populalsi di Pulau Bali dan Lombok (Nijman, 2000). Habitat Lutung Jawa meliputi hutan primer, hutan sekunder, hutan pantai, hutan mangrove, maupun hutan hujan tropis. Lutung Jawa memiliki daerah jelajah yang cukup luas sehingga memerlukan koridor untuk pergerakannya.

 

Menurut Supriatna dan Wahyono (2000) Lutung Jawa mempunyai panjang tubuh dari ujung kepala hingga tungging, jantan dan betina dewasa rata-rata 517 mm, dan panjang ekornya rata-rata 742 mm. Sedangkan berat tubuhnya rata-rata 6,3 kg. Warna rambut hitam, diselingi dengan warna keperak-perakan. Bagian ventral, berwarna kelabu pucat dan kepala mempunyai jambul. Anak Lutung Jawa yang baru lahir berwarna kuning jingga dan tidak berjambul. Setelah meningkat dewasa warnanya berubah menjadi hitam kelabu.

 

Perbedaan antara Lutung Jawa jantan dan betina secara morfologi terletak pada perkembangan alat kelamin sekunder, sedangkan untuk kelompok umur pada Lutung Jawa dibedakan berdasarkan ukuran tubuh dan aktivitas hariannya. Pada jantan dewasa mempunyai ukuran tubuh relatif besar sedangkan pada betina dewasa memiliki ukuran tubuh lebih kecil atau hampir sama dengan ukuran jantan dewasa. Pada Lutung Jawa betina rambut bagian punggung lebih hitam dari pada warna punggung Lutung Jawa jantan (Nugraha, 2011).

 

Lutung jawab hidup secara berkelompok dengan beranggotakan satu jantan dewasa, betina, dan anak-anak. Dalam satu kelompok memiliki jumlah yang bervariasi seperti antara 6 sampai lebih dari 23 ekor. Betina dewasa memiliki sifat yang lebih agresif karena untuk menjaga anak-anaknya. Jantan dominan memiliki tugas melindungi anggota kelompok baik dalam pergerakan maupun perawatan, serta memastikan anggota kelompok aman dari gangguan yang berasal dari kelompok lain. Individu jantan juga berperan dalam mengarahkan pergerakan kelompok saat mencari makan, tempat beristirahat, maupun tempat untuk tidur (Haidar, 2023).

 

Lutung Jawa hanya melahirkan satu anak setiap kali kehamilan. Spesies ini tidak mengenal musim kawin, dan kelahiran dapat terjadi sepanjang tahun. Proses perkawinan dimulai saat betina melakukan gerakan berirama dari satu sisi ke sisi yang lain. Betina kemudian maju dan memiringkan kepalanya ke arah jantan. Meskipun tidak selalu setiap betina yang menunjukkan perilaku ingin dikawini akan dikawini oleh jantan, namun ketika seekor jantan ingin kawin, ia dapat melakukan perkawinan dengan beberapa betina sekaligus (Qomariah, 2015)

 

Lutung jawa merupakan hewan diurnal dimana aktivitasnya lebih banyak dilakukan pada siang hari. Lutung Jawa memulai aktivitasnya sejak dari bangun tidur yaitu sekitar pukul 05:30 WIB, kemudian berpindah untuk makan di pohon sumber pakan di sekitar pohon tempat tidur. Akhir dari aktivitas harian ditandai dengan adanya aktivitas berpindah memasuki pohon tempat tidur, untuk memasuki pohon tempat tidurnya yaitu sekitar pukul 18.00 WIB (Andriansyah, 2007). Lutung jawa bergerak di dalam hutan menggunakan keempat ekstremitasnya atau quadrupedal.

 

Lutung jawa merupakan hewan folivora atau pemakan daun (baik daun muda ataupun tua). Spesies ini juga memakan bunga, tunas bunga, biji, buah (matang maupun belum matang), dan larva serangga. Makanan dari lutung jawa ini terdiri dari daun yang kaya protein dan memiliki serabut/serat yang rendah. Daun muda dari pohon jati merupakan sumber makanan yang penting ketika makanan utama jarang ditemukan. Tiap individu tetap makan ketika sedang bergerak maupun beristirahat. Jantan dewasa makan lebih jarang dibandingkan anggota kelompok dewasa lain dan remaja (Qomariah, 2015)

 

Lutung Jawa di alam berperan dalam regenerasi tumbuhan khususnya sebegai penyebar biji-bijian, karena 32% dari makanannya berupa buah, selain itu sisa dan bagian makanan yang dijatuhkan oleh Lutung Jawa menjadi kompos alami bagi kesuburan tanah  disekitarnya (Supriyatna & Wahyono, 2000).

 

Lutung Jawa adalah salah satu satwa liar yang dilindungi, hal ini sesuai dengan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 733 / kpts-II / 1999 dan tercantum dalam Appendix II CITES. IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resource) yang menyatakan bahwa status konservasi Lutung Jawa adalah vulnerable, yang artinya rentan terhadap gangguan dan dikhawatirkan akan punah apabila tidak dilakukan perlindungan dan pelestarian habitatnya (IUCN, 2012). Selain itu primata yang tergolong endemik ini juga dilindungi oleh UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, satwa langka tersebut tidak boleh diperjualbelikan (Pratiwi, 2008).

 

Kami sangatlah menyarankan agar kita mulai mengenal dan mempelajari lebih lanjut mengenai lutung jawa maupun spesies-spesies lain di Indonesia, serta mendukung dan ikut andil dalam upaya konservasi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga konservasi. Contohnya seperti upaya rehabilitasi hutan dengan menanam pohon-pohon atau pohon pakan dari lutung jawa ini, meningkatkan kesadaran akan perlindungan hutan sebagai habitat alami lutung jawa dan spesies lainnya agar tidak terjadi perburuan dan perusakan habitat lebih lanjut.

 

Penulis: Fathya Rizky Amelia (KPP Angkatan X), Siti Aisyah (KPP Angkatan X)

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Andriansyah, Muhammad. (2007). Kegiatan Wisata Alam dan Keberadaan Lutung Jawa (Trachypthecus auratus Robinson dan Kloss 1919) sebagai Objek Ekowisata di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Padjadjaran.

Haidar, T. Z. (2023). Populasi dan Karakteristik Habitat Lutung Jawa (Trachypithecus auratus Saint-Hilaire 1812) di Kawasan Resort PTN Tapos, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sain dan Teknologi Universitas Islam Negeri Jakarta.

Nijman, V. (2000). Geographic distribution of ebony leaf monkey Trachypithecus auratus (E. Geoffroy Saint-Hilaire, 1812) (Mammalia: Primates: Cercopithecidae. Contributions to Zoology, 69 (3), 157-177.

Nugraha, Ramdan. (2011). Aktivitas Harian Lutung Jawa (Trachypithecus auratus sondaicus) di Kebun Binatang Tamansari Bandung. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sain dan Teknologi Universitas Islam Negri Bandung.

Pratiwi, Ai, Nuri. (2008). Aktivitas Pola Makan dan Pemilihan Pakan Pada Lutung Kelabu Betina (Trachypithecus cristatus, raffles1812) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog, Ciawi-Bogor. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Qomariah, I. N. (2015). Perilaku Harian Lutung Jawa (Trachypithecus auratus Geffroy 1812) Pasca Rehabilitasi dan Pelepasliaran di Gunung Biru, Batu, Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuin Alam Universitas Sebelas Maret.

Supriatna, J. & Wahyono, E. H. (2000). Panduan Lapangan Primata Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Whitten, T. Soeriaatmadja, R. E., Afiff, S. A. (1999). Ekologi Jawa dan Bali. Jakarta; Terjemahan. Prehallindo.

 

.