Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan primata
non human yang memiliki keberhasilan adaptasi yang tinggi sehingga tersebar di
berbagai tipe habitat (Suwarno, 2014). Monyet ekor panjang merupakan jenis
primata yang hidup secara berkelompok sehingga tidak terlepas dari interaksi
sosial dengan individu lain dalam kelompoknya. Monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) ini terdaftar sebagai hewan terancam punah (Endangered)
dalam daftar merah IUCN (2022) dan daftar Apendiks II CITES (2011). Kondisi ini
sangat perlu diantisipasi, karena dapat memiliki implikasi terhadap
perlindungan monyet ini di alam (Eudey et al., 2020).
Gambar 1. Kegiatan Pengamatan Monyet Ekor Panjang KPP Tarsius
(Sumber: Dokumen pribadi, 2023)
Monyet ekor panjang merupakan salah satu satwa penghuni hutan yang
memiliki arti penting dalam kehidupan di alam. Pada habitatnya monyet ekor panjang
dapat menjalankan fungsi ekologisnya, yaitu sebagai pemencar biji tanaman buah
(pemencar biji pertama) yang penting bagi konservasi jenis tumbuhan dan sebagai
pengendali populasi serangga dengan cara memangsanya (Ziyus et al., 2019).
Monyet ekor panjang merupakan hewan diurnal, yaitu hewan yang aktif pada siang
hari. Biasanya, mereka mencari makan pada pagi hari, beristirahat, atau tidur
pada siang hari dan aktif kembali pada sore hari. Monyet ekor panjang memiliki
ciri-ciri, yaitu kaki belakang lebih panjang dari kaki depan, setiap geraham memiliki
empat mahkota gigi dengan mahkota molar yang rendah. Monyet ekor panjang
memakan buah-buahan, dan memiliki kantong pada pipinya untuk menyimpan makanan.
Pada umumnya, monyet ekor panjang hidup berkelompok membentuk populasi. Populasi
merupakan sekelompok organisme dari spesies yang sama yang menempati tempat
tertentu pada waktu tertentu (Afnizar et al., 2015).
Gambar 2. Lokasi Kegiatan Monitoring 1 KPP Tarsius
(Sumber: Dokumen pribadi, 2023)
Pengamatan ini dilakukan pada tanggal 31 Juli 2023 di Daerah
Perumahan Dinas Puspiptek BRIN Serpong. Pengamatan aktivitas harian monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis) dilakukan dengan menggunakan metode
scan sampling, yaitu mengamati dan mencatat secara terus-menerus perilaku
harian yang dilakukan oleh lebih dari satu
individu dalam satu populasi selama periode waktu
tertentu. Pengambilan data dilakukan pada periode waktu pukul 11.00-12.00
WIB dengan interval waktu pengamatan selama 5 menit. Pengamatan perilaku harian
monyet ekor panjang difokuskan kepada 1 kelompok, terdiri dari remaja (juvenile)
dan dewasa (adult). Suhu udara di Daerah Perumahan Dinas Puspiptek BRIN
Serpong, yaitu 30°C, suhu tersebut sangat baik dan cocok untuk aktivitas
monyet ekor panjang serta berpengaruh terhadap habitat bagi spesies tumbuhan.
Menurut Fakhri et al. (2012), menyatakan bahwa kondisi suhu lingkungan optimal di
habitat alami monyet ekor panjang berkisar antara 24°C-36°C, diluar rentang
suhu tersebut primata tidak dapat bertahan hidup.
Perumahan
Dinas Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) BRIN berada di
Serpong, Tangerang Selatan. Pada kawasan tersebut terdapat satwa liar, yaitu
monyet ekor panjang, tepatnya dapat ditemukan di sekitar bagian depan pintu
masuk perumahan dekat dengan jalan raya. Menurut informasi warga sekitar,
monyet ekor panjang tersebut sudah ada sejak tahun 2000an yang bermigrasi dari
wilayah Bogor. Adanya satwa liar tersebut dapat disebabkan karena berkurangnya
habitat sehingga mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk
mencari sumber makan dan tempat hidupnya. Monyet ekor panjang termasuk ke dalam
satwa liar yang mudah beradaptasi dengan lingkungannya (Oriza et al., 2019).
Pada kawasan Perumahan Dinas Puspiptek tersebut masih terdapat pohon-pohon yang
dapat dijadikan sumber pakan dan habitat. Selain itu, karena berada di dekat
pemukiman dan kebiasaan warga sekitar atau pengendara yang sengaja memberi
makan akan menarik populasi monyet ekor panjang untuk menggunakan areal
tersebut menjadi habitatnya.
Gambar 3. Distribusi (%) Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang Kategori Juvenile di Perumahan Dinas Puspitek BRIN Serpong
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di siang hari dapat
diketahui bahwa monyet ekor panjang kategori remaja (juvenile) cenderung
melakukan aktivitas moving dengan persentase sebanyak 42% dan paling
sedikit melakukan aktivitas resting dengan persentase sebanyak 8%.
Aktivitas moving atau bergerak pada monyet ekor panjang di sekitar
Perumahan Dinas Puspiptek berupa berjalan dengan keempat tungkainya (quadrupedal), berlari sambil bermain
dengan sesamanya, melompat, dan memanjat di antara batang pohon pakan (Srimulyaningsih
& Suryadi, 2020).
Banyaknya aktivitas bergerak ini dikarenakan terdapat banyak pohon pakan monyet
ekor panjang, yakni pohon bambu sembilang (Dendrocalamus giganteus),
pohon nangka (Artocarpus heterophyllus), pohon kecapi (Sandoricum
koetjape), dan pohon sirsak (Annona muricata) yang membuat para
monyet ekor panjang sering bergerak untuk mengambil pakan berupa daun muda,
ranting maupun buahnya. Selain itu, monyet ekor panjang juga mengambil makanan
yang diberi oleh pengendara yang lewat (Harianto et al., 2021). Hal ini juga yang menyebabkan
persentase aktivitas feeding mendapatkan peringkat kedua terbesar
setelah moving dengan persentase 33%.
Selanjutnya adalah aktivitas social yang mendapatkan
peringkat ketiga dengan persentase sebesar 17%. Berdasarkan hasil pengamatan,
aktivitas social yang dilakukan oleh monyet ekor panjang kategori remaja
ini adalah bermain dan berkomunikasi. Mereka bermain dengan cara mengejar satu
sama lain serta bermain di atas pohon. Cara mereka berkomunikasi satu sama lain, yaitu dengan cara bersuara dalam interval tertentu (Sakdiyah, 2017). Aktivitas terakhir yang memiliki
persentase terendah adalah resting dengan persentase sebesar 8%.
Sebagaimana diketahui bahwa monyet ekor panjang kategori remaja (juvenile)
masih berada di dalam usia yang produktif, dimana mereka masih suka melakukan
aktivitas bergerak serta bermain. Aktivitas istirahat yang dilakukannya, yaitu
dengan cara duduk di atas pohon sambil memakan makanan. Pada pengamatan yang
telah dilakukan, monyet ekor panjang kategori remaja ini memakan daun kecapi (Sandoricum
koetjape). Oleh karena itu, persentase aktivitas resting atau
istirahat pada monyet ekor panjang kategori remaja lebih rendah dibandingkan
aktivitas yang telah disebutkan sebelumnya (Sajuthi & Astuti, 2016).
Gambar 4. Distribusi (%) Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang Kategori Adult di Perumahan Dinas Puspitek BRIN Serpong
Berdasarkan
hasil pengamatan menunjukkan bahwa monyet ekor panjang kategori dewasa (adult)
cenderung melakukan aktivitas istirahat (resting), berpindah tempat (moving),
bermain (playing), dan allogrooming. Dengan aktivitas
dominan adalah resting yaitu sebesar 41% dan dilanjut dengan aktivitas moving
sebesar 25%. Selama pengamatan dalam melakukan aktivitas resting,
sesekali monyet ekor panjang dewasa ini juga melakukan aktivitas makan (feeding).
Aktivitas resting memiliki presentasi yang tinggi karena aktivitas
ini menjadi aktivitas yang penting bagi monyet ekor panjang, dimana mereka
membutuhkan waktu istirahat khusus untuk efektivitas maksimum dan untuk
pencernaan makanan. Aktivitas resting yang teramati adalah duduk pada
tajuk-tajuk pohon, hal ini dikarenakan tajuk pohon yang rindang merupakan
tempat yang disukai oleh monyet ekor panjang (Sari et al., 2017).
Sedangkan
aktivitas moving yang teramati adalah memanjat, berjalan, dan berpindah
tempat dari satu pohon ke pohon yang lain. Aktivitas moving memiliki
presentasi yang cukup tinggi karena setiap akan berganti satu aktivitas ke
aktivitas lainnya, monyet ekor panjang cenderung melakukan perpindahan tempat
atau posisi (Fachrozi & Setyawatiningsih, 2020). Lalu di alam bebas
aktivitas bergerak pada monyet ekor panjang juga dipengaruhi oleh kelimpahan
atau ketersediaan makanan. Makanan yang relatif sedikit akan membuat monyet
ekor panjang akan sering melakukan aktivitas berpindah untuk mencari makan.
Dimana di daerah pengamatan terdapat pohon bambu (Dendrocalamus giganteus)
dan tanaman shower orchid (Congea tomentosa) yang letaknya berdekatan,
dan daun dari kedua tanaman ini menjadi makanan para monyet ekor panjang
sehingga mereka cenderung berpindah tempat dari tanaman satu ke tanaman
lainnya. Hal ini karena banyaknya pohon pakan yang letaknya berdekatan dan
wilayah jelajah yang tidak terlalu luas memungkinkan pergerakan yang lebih
aktif oleh monyet ekor panjang dewasa untuk mendapatkan makanan.
Aktivitas
dengan persentase paling rendah adalah playing dan allogrooming,
masing-masing sebesar 17%. Aktivitas playing memiliki persentase paling
rendah dikarenakan aktivitas tersebut umumnya dilakukan oleh remaja (juvenile).
Selain itu, aktivitas playing sering terjadi pada pagi hari. Aktivitas playing
merupakan aktivitas yang dominan atau sering terjadi pada pagi hari terutama
setelah aktivitas makan (Pratama et al., 2022). Aktivitas allogrooming
memiliki persentase paling rendah dikarenakan aktivitas grooming sering
terjadi pada pagi hari dan sore hari (Pratama et al., 2022). Menurut
Kamilah et al. (2013), grooming termasuk ke dalam perilaku sosial
karena dilakukan dengan tujuan untuk merawat dan mencari kutu di semua
rambutnya. Terdapat dua macam grooming, yaitu allogrooming
(dilakukan secara berpasangan atau dengan individu lain) dan autogrooming
(dilakukan sendiri). Allogrooming yang dilakukan secara berpasangan
diasumsikan sebagai perilaku kooperatif bergabung yang akan menghasilkan
keuntungan bagi kedua pihak. Selain itu, allogrooming merupakan satu
cara untuk mempererat hubungan antarindividu.
Ketika
sudah mulai menuju siang hari sekitar jam 11, monyet ekor panjang usia muda dan
dewasa lebih sedikit melakukan aktivitas makan dikarenakan pada pagi hari sudah
banyak melakukan aktivitas makan. Pengamatan dilakukan di musim kemarau dengan
cuaca cerah berawan. Faktor eksternal suhu dan cuaca yang panas ini membuat rangsangan kepada monyet ekor panjang untuk tidak banyak melakukan
aktivitas dan memilih untuk berada di tempat yang teduh seperti di pohon yang
ranting dan daunnya rimbun (Rizaldy, 2016). Pada saat pengamatan, kelompok
monyet ekor panjang jarang sekali ditemukan melakukan aktivitas minum karena
dari tempat dimana monyet ekor panjang tersebut diamati tidak terdapat sumber
air ataupun genangan air untuk monyet ekor panjang bisa minum.
Gambar 5. Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Kategori Adult (A) dan Kategori Juvenile (B)
(Sumber: Dokumen pribadi, 2023)
Secara
umum, berdasarkan hasil monitoring ini dapat diambil beberapa perbandingan pola
perilaku berdasarkan kelas umur, monyet ekor panjang mengalami perubahan
perilaku signifikan seiring bertambahnya usia. Monyet remaja (juvenile)
yang mencakup monyet yang masih muda atau belum dewasa secara penuh, kegiatan
bermain dan eksplorasi sangat umum dilakukan. Mereka cenderung lebih aktif dan
energik, sering berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya dalam bermain atau
berkelahi, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan lebih banyak belajar dari
lingkungan sekitar mereka. Mereka belajar dalam berinteraksi dengan anggota
lain dalam kelompok mereka, belajar berburu, mencari makan, serta belajar
bagaimana menavigasi struktur sosial yang ada di dalam kelompok. Aktivitas ini
penting untuk mengembangkan keterampilan (pelatihan motorik), dan
keberhasilan adaptasi ketika dewasa (Cenni & Fawcett, 2018; Urulamo
et al., 2014).
Sementara
itu, monyet dewasa (adult) biasanya menunjukkan perilaku yang cenderung
berubah menjadi lebih stabil dan lebih banyak beristirahat, mereka berfokus
pada tugas-tugas yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dan pemeliharaan
kelompok sosial. Aktivitas bermain mungkin lebih jarang terjadi, namun tetap
ada interaksi sosial seperti grooming, komunikasi vokal, serta mencari
makan. Perilaku menelisik sendiri atau menelisik individu lain lebih
banyak dilakukan oleh monyet ekor panjang dewasa dibandingkan pradewasa.
Kamilah et al. (2013), menyatakan bahwa perilaku menelisik monyet ekor panjang cenderung
banyak terjadi satu arah karena anakan
belum mampu melakukan perilaku menelisik dengan baik, seperti individu
dewasa. Mereka juga biasanya memiliki peran yang lebih besar dalam struktur
sosial kelompok monyet, dengan banyak monyet dewasa yang memiliki tingkatan
hierarki tertentu dalam kelompok mereka. Bagi monyet ekor panjang, umur
juga mempengaruhi status dan kedudukan mereka dalam kelompok. Umumnya, monyet
dewasa memiliki dominasi lebih tinggi dalam kelompok dibandingkan monyet muda.
Selain itu, di masa penentuan monyet dewasa biasanya memiliki akseptabilitas
lebih tinggi dalam kelompok mereka dibandingkan dengan monyet muda.
Berdasarkan
pengamatan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan
aktivitas harian yang dilakukan monyet ekor panjang juvenile dan adult
yang berada di kawasan Perumahan Dinas Puspiptek. Pada juvenile
mayoritas aktivitas harian yang dilakukan adalah moving (42%) dan
adult adalah resting (41%). Hal tersebut dapat disebabkan karena
remaja (juvenile) melakukan banyak pergerakan sebagai bentuk adaptasi
dan mengembangkan keterampilan motoriknya, sedangkan dewasa (adult)
lebih berfokus pada tugas-tugas untuk keberlangsungan hidup dan pemeliharaan
kelompok sosial.
Gambar 6. Peserta Monitoring 1 KPP Tarsius
(Sumber: Dokumen pribadi, 2023)
Penulis: Adisti Rahmat Priadi (KPP Angkatan X), Eka Sri Wahyuni (KPP Angkatan X), Fathya Rizky Amelia (KPP Angkatan X), Garda Ibnu Pratama
(KPP Angkatan XI), Ira Permatasari (KPP Angkatan X), Keisya Khoerunnisa (KPP Angkatan X), Khazimah
Wardah (KPP Angkatan X), Nabilah Nailiyah Isna (KPP Angkatan X), Nur Azizah Firdaus (KPP Angkatan X),
Zoya Lavenza (KPP Angkatan X).
DAFTAR
PUSTAKA
Afnizar merie, Erna M.,
Salwatul Z., & Adi Gunawan. (2015). Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) Di Pegunungan Sawang Ba’u Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.
Prosiding Seminar Nasional Biotik Press.
Cenni,
C., & Fawcett, T. W. (2018). The coevolution of juvenile playfighting and
adult competition. Ethology,124(5), 290-301.
Fachrozi,
I. & Setyawatiningsih, S. C. (2020). Perilaku Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Arboretum Universitas
Riau (UNRI) dan Sekitarnya. Al-Kauniyah: Jurnal Biologi, 13(2), 147-157.
Fakhri,
K., Priyono, B., & Rahayuningsih, M. (2012). Studi Awal dan Distribusi Macaca
fascicularis Raffles di Cagar Alam Ulolanang. Unnes Journal of Life
Science, 1(2), 119-125.
Harianto,
S. P., Fitriana, Y. R., & Winarno, G. D. (2021). Perilaku Harian Monyet
Ekor Panjang (Macaca fascicularis) pada Objek Wisata: Studi Kasus di
Taman Wisata Hutan Kera Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Jurnal Hutan
Tropis, 9(2), 336-341.
Kamilah,
S. N., Saprianto, D., & Jarulis, J. (2013). Perilaku Grooming Macaca
fascicularis Raffles, 1821 di Taman Hutan Raya Rajolelo Bengkulu. Konservasi
Hayati, 9(2), 1-6.
Oriza,
O., & Tri Rima Setyawati, R. (2019). Gangguan Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) Sekitar Pemukiman di Desa Tumuk Manggis dan Desa Tanjung
Mekar, Kecamatan Sambas, Kalimantan Barat. Jurnal Protobiont, 8(1).
Pratama,
Y., Darmi, D., Lestari, D. F., & Riandini, E. (2022). Aktivitas Harian
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Kawasan Taman Wisata Alam
(TWA) Pantai Panjang, Kota Bengkulu. Konservasi Hayati, 18(2), 51-58.
Rizaldy
MR, Haryono T dan Faizah U. (2016). Aktivitas Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) di Hutan Nepa Kabupaten Sampang Madura. Jurnal Lentera Bio.
5(1): 66-73.
Sajuthi, D., &
Astuti, D. A. (2016). Hewan Model Satwa Primata Volume I: Macaca
Fascicularis Kajian Populasi, Tingkah Laku, Status Nutrien, dan Nutrisi untuk
Model Penyakit. Bogor: IPB Press eBooks.
Sakdiyah, M. (2017). Perilaku Sosial Monyet Ekor Panjang Studi
Perbandingan Perilaku Sosial Dua Kelompok Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) di Taman Wisata Air Wendit Kabupaten Malang. Surabaya:
Universitas Airlangga Press.
Sari,
D. P. et al. (2017). Studi Perilaku Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Tawangmangu Karanganyar.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Srimulyaningsih,
R., & Suryadi, L. D. S. (2020). Pola Pergerakan Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) di Cagar Budaya Ciung Wanara. Wanamukti: Jurnal Penelitian
Kehutanan, 21(2), 83-96.
Urulamo,
J., Kiroh, H., Hendrik, M., & Buyung, J. (2014). Deskripsi Tingkah Laku
Tangkasi (Tarsius spectrum) Saat Memasuki Lubang Sarang Pohon di Cagar
Alam Tangkoko. Zootec, 34(2), 159-169.
Ziyus,
N.A., Agus S., Baina, S.D., dan Sugeng Prayitno, H. 2019. Distribusi Monyet
Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Di Taman Nasional Way Kambas. Jurnal
Belantara, 2(1), Hal. 36.
0 Comments
Posting Komentar