Topeng Monyet (pixabay.com) |
Dilansir
dari detik.com di Tasikmalaya pada Rabu (30/3/2022) dalam artikel ‘Topeng
Monyet Bukan Hiburan!’, disebutkan bahwa petugas gabungan mengamankan razia
terhadap pengamen atraksi topeng monyet yang kerap dijumpai di Kota Tasikmalaya.
Terdapat 3 pengamen atraksi topeng monyet yang diamankan di 3 lokasi yang
berbeda.
Atraksi
topeng monyet disebut melanggar aturan karena merupakan bentuk penyiksaan
terhadap satwa. Kemudian pengamen tersebut diberikan pembinaan pelatihan
keterampilan kerja oleh Dinas Sosial, sedangkan monyetnya direhabilitasi di
Jaringan Satwa Indonesia. Monyet tersebut merupakan Monyet Ekor Panjang. Yuk
lebih mengenal jenis monyet ini !
Seperti namanya, Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) memiliki ekor yang panjang kurang lebih sama dengan panjang tubuhnya berkisar antara 38,5-64,8 cm. Warna tubuhnya bervariasi, mulai dari abu-abu hingga kecoklatan dengan bagian ventral berwarna putih. Saat lahir bulunya berwarna hitam. Berat badannya 5-9 kg untuk pejantan dan 3-6 kg untuk betina. Makanan utamanya adalah buah-buahan, daun, kuncup, serangga, katak, dan kepiting.
Monyet Ekor Panjang (pixabay.com/Erik_Karits) |
Monyet Ekor Panjang hidup berkelompok dengan struktur sosial yang terdiri dari banyak jantan dan betina. Distribusi Monyet Ekor Panjang sendiri memiliki distribusi yang luas meliputi daratan utama pulau-pulai di Asia Tenggara. Populasi persebaran di berbagai daerah yang memiliki kondisi lingkungan berbeda-beda menunjukan perilaku Monyet Ekor Panjang yang berbeda-beda. Biasanya, Monyet Ekor Panjang ditemukan di berbagai lingkungan yang memiliki kelimpahan di hutan rawa, hutan sekunder, pesisir, mangrove hingga ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut.. Monyet ini juga ditemukan di tepi sungai sekitar hutan karena spesies ini mencari perlindungan pada waktu malam hari di sepanjang sungai.
Di
Asia Tenggara banyak Monyet Ekor Panjang sinanthropik (satwa yang tinggal
dengan dan mendapat manfaat dari manusia), dan hanya sedikit yang masih liar
dan tidak terganggu oleh manusia. Tumpang tindih antara manusia dengan Monyet
Ekor Panjang semakin meningkat karena hilangnya habitat. Selain itu, tumpang
tindih manusia - Monyet Ekor Panjang menyebabkan lebih banyak perburuan dan
manipulasi populasi (pemusnahan dan sterilisasi). Akibatnya, populasi Monyet
Ekor Panjang semakin menurun, meskipun banyak Monyet Ekor Panjang bergerak ke
pemukiman manusia. Tekanan tersebut menunjukkan perlunya pemantauan populasi Monyet
Ekor Panjang di alam.
Monyet Ekor Panjang sangat penting bagi Indonesia karena spesies ini memiliki nilai ekonomi dalam bidang biomedis, dan di sisi lain memiliki dampak negatif karena sering menjadi hama di sebagian wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan Monyet Ekor Panjang rentan menularkan penyakit tuberculosis (TBC) ke manusia, atau mencuri hasil tanam buah para petani.
Penulis :
Salwa Fakhirah (KPP Tarsius IX)
Daftar Pustaka
Eudey A. 2008. The crab-eating macaque
(Macaca fascicularis) widespread and rapidly declining. Primate Conservation.
23:129-132.
Farajallah DP. 2016. Hewan Model Satwa
Primata Volume 1 Macaca fascicularis [Distribusi dan Karakteristik Morfologi
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)] . Bogor (ID): IPB Pr.
Gumert M. 2011. The Common Monkey of
Southeast Asia: Long-tailed Macaque Populations, Ethnophoresy, and Their
Occurrence in Human Environments. Di dalam: Gumert M, Fuentes A, Jones EL,
editor. Monkeys on the Edge: The Ecology and Management of Long-tailed Macaques
and their Interface with Humans. Cambridge, UK: Cambridge University Press. hlm
3-44.
Gumert M. D. 2004. Spirits or Demons?
Tempo, 52:27
Supriyatna J, Wahyono EH. 2000. Panduan
Lapangan Primata Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Obor.
0 Comments
Posting Komentar